KISRUH PPDB 2020
KISRUH PPDB 2020
"Jeritan Hati Seorang Ibu"
"Jeritan Hati Seorang Ibu"
Duduk mendengar kang Encon memberi pencerahan cara menulis di koran ditemani coloteh si bungsu. Harap-harap cemas karena hari ini 8 Juli 2020, pengumuman hasil PPDB sistem zona. Pengumuman ditunggu-tunggu mulai pagi, namun belum ada. Sebelumnya si bungsu telah mengikuti jalur prestasi, namun belum berhasil karena sertifikat juara tingkat Kota. katannya sih pointnya kecil. Masih ada harapan jalur zona. Menurut versi google maps jarak rumah dengan sekolahnya sekitar 1.5 km, bila menggunakan kendaraan beroda 4 ditempuh 4 menit. Menggunakan kendaraan beroda dua diperkirakan tiba sekitar 3 menit. Walaupun jarak cukup dekat dengan rumah, rasa kuwatir juga muncul.
Sambil menunggu pengumuman dan saling tukar informasi dengan temannya, saya memintanya membacakan draff tulisan yang dikirim omjay. Belum selesai baca, dia berhenti, dia bilang ada temannya yang telpon. Karena tidak mendengar, dia buka WA ternyata temannya mengirimkan pengumuman PPDB.
Antara senang dan cemas dia mulai mencari sekolah yang dituju. Namanya tidak muncul dipilihan pertama. Cari lagi di pilihan kedua tidak ada. Raut muka sudah mulai memerah ..sambil berucap ''saya tidak dapat sekolah'. Saya belum percaya, tidak mungkin tidak diterima karena jarak rumah dengan sekolah cukup dekat. Dilanjutkan pencari dipilihan ketiga, ternyata namanya nangring disana.
Sambil menangis dia mengatakan tidak mau sekolah di sana. Memilih pilihan ketiga karena harus memilih dan tidak boleh mengosongkan. Sekolah yang dituju juga tidak familier. Sayapun tidak mengenal sekolah dan lokasinya. Sambil menangis meninggalkan kamar. Pengalaman dari kakak-kakaknya, mereka memilih sekolah yang diinginkan. Mereka berjuang untuk bisa diterima. Namun sekarang harus mengikuti sistem Zonasi. Sepengetahuan saya, siswa diterima di sekolah yang zona paling dekat dengan tempat tinggal.
Awalnya saya minta informasi ke teman guru, suaminya memang guru di sana. Karena online, saya coba untuk menelepon. harus bersabar karena tidak diangkat. menghilangkan rasa sungkan saya, saya kontak kembali, ternyata tidak diangkat juga. Ingin memperoleh informasi, mengapa siswa dari lingkungan kami tidak terjaring. Akhirnya saya WA.. untuk menanyakan. Sebenarnya harapan saya teman saya menanyakan ke suaminya. Jawabannya cukup manis'' maaf ibu cantik saya tidak tahu'.
Akhirnya saya menghubungi teman yang suaminya mengajar di SMAN 1 Mataram. Alhamdulillah saya memperoleh jawaban. Walaupun sebenarnya saya belum paham benar. Tapi hati saya terobati, dan dicari solusi. Semoga Allah melancarkan segala urusannya. Walaupun sudah larut masih mau melayani.
Saya menyakinkan anak saya, dimanapun sekolah itu bagus. Walau begitu saya masih ragu, lokasi sekolahnya dimana. Saya membuka google , ternyata lokasinya di jempong. sekolah baru, 6 rombel, berarti belum terakredtasi. Hati saya menjerit. kasihan anakku. Berkali-kali saya yakinkan anak saya, walau sebenar saya sendiri tidak yakin anak saya sekolah disana.
Pagi tanggal 9 Juli 2020, saya ijin untuk tidak ikut kegiatan MGMP. padahal saya tidak ada aktivitas. Saya menenangkan diri dan meyakini bahwa Allah menjatuhkan pilihan yang tepat untuk anak saya. Sebagai orang tua melihat mata anak yang bengkak, hati juga ikut menjerit. Tapi semuanya tidak saya perlihatkan. Saya mengontak saudara yang memang mengerti seluk beluk PPDB.
Persyaratan PPDB sistem Zonasi, yang menjadi acuan adalah jarak rumah, usia dan waktu pendaftaran. Jarak dekat, usia 15 tahun dan pendaftaran jam 01.30 wita saat pendaftaran online dibuka (tidak tidur menunggu pendaftaran dibuka). Sebenarnya 2 kriteria sudah terpenuhi, tersisa usia. mengapa tidak bisa terjaring? pertanyaaan inilah yang ingin saya pecahkan.
Saya Mulai mencermati lembaran pengumuman. Siswa yang terjaring dari taman sari, kekalek jaya, Ampenan selatan. kembali mencermati siswa, apa ada yang dikenal. Ada yang dikenal ternyata pindah KK. Hmmm..inilah biang keroknya. mereka yang seharusnya bukan zona, karena memiliki KK yang sangat dekat dengan sekolah dituju bisa terjaring. Sementara siswa perumnas yang seharusnya bisa diterima menjadi korbannya. karena tidak menutup kemungkinan ada siswa yang lain pindah KK.
Informasi lain dari teman-temannya, ternyata ada beberapa siswa yang tidak bisa terjaring di ketiga sekolah. Mereka mau sekolah dimana? itupun dipertanyakan ke pihak penyelenggara PPDB, bagaimana nasib anak-anaknya.
Berdasarkan data pengumuman PPDB siswa yang diterima berasal dari Taman sari 81 orang , kekalek jaya 104 orang , Ampenan selatan 67 orang. Sementara siswa yang berasal dari tanjung karang permai tidak satupun yang diterima. Sedangkan pada sekolah pilihan kedua siswa yang dari tanjung karang permai terjaring 6 orang. Sisanya ke sekolah pilihan ketiga 27 orang. jarak 3600 meter (jarak yang ada di lembaran pengumuman PPDB). Mari kita lihat data dari google maps
foto jarak rumah dengan sekolah pilihan pertama |
Jika menggunakan google maps di atas , maka seharusnya siswa dari tanjung karang permai bisa terjaring. Mengapa? karena jaraknya lebih dekat dibandingkan dengan Ampenan Selatan yang jaraknya 1700 m. Sedangkan berdasarkan google maps jarak Ampenan selatan dengan sekolah 2400 m.Apakah ini kesalahan data dari google maps? sehingga dalam pengambilan keputusan menjadi kurang tepat. Marilah kita renungkan bersama.
Jarak Ampenan selatan dengan sekolah |
Yang menjadi renungan kita bersama, apabila data dari google maps benar.
1. Tanjung karang permai berhak diterima di SMAN 2 Mataram dibandingkan dengan SMA N 10 Mataram yang jaraknya 3600 m.
2. Perlu mempertimbangkan KK jadi-jadian. karena sebentar lagi mereka kembali ke KK semula
3. Sebelum pelaksanaan PPDB, perlu adanya croscek ulang mengenai jarak sekolah dengan domisili sebagai acuan Zonasi sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.
4. Saya terenyuh, siswa harus meninggalkan sekolah yang dekat dengan rumah tinggalnya
5. Apakah sistem zonasi lebih baik dibandingkan dengan sistem PPDB sebelumnya? Mengingat sekolah yang menjadi pilihan saat ini, kemungkinan bukanlah menjadi tujuan mereka. Karena sistem zonasi maka mau tidak mau harus memilih.
4. Saya terenyuh, siswa harus meninggalkan sekolah yang dekat dengan rumah tinggalnya
5. Apakah sistem zonasi lebih baik dibandingkan dengan sistem PPDB sebelumnya? Mengingat sekolah yang menjadi pilihan saat ini, kemungkinan bukanlah menjadi tujuan mereka. Karena sistem zonasi maka mau tidak mau harus memilih.
Semoga saja ada solusi yang terbaik, ikhlas apabila kita berjalan di atas kejujuran. berjuang untuk memperjuangkan hak suatu keharusan. Tetap semangat
Tidak ada komentar: