DUDI
DUDI
Penulis Fitran Sari
Muhammad Maududi Putra, Dudi panggilan akrab anak ketiga kami. Lahir tanggal 11 Juni 2000. Hari ini kamis, 11 Juni 2020. genap berusia 20 tahun. Tahun ini tidak ada kejutan-kejutan. Dudi berada di lokasi pengukuran. Hanya ucapan doa kami "Barakallah fii umrik", menjadi anak yang soleh, berguna bagi agama, berbakti kepada orang tua, dan berguna bagi bangsa ini, dipelihara kesehatan, dimurahkan rezki, dimudahkan segala urusan, dipertemukan dengan orang-orang yang baik serta dapat membawa kami ke surganya Allah SWT. Aamiin YRA.
20 tahun lalu dudi lahir di rumah sakit Bhayangkara. Teringat bagaimana proses kehamilan saya. Waktu itu merasa kurang sehat, namun tidak ada perubahan sedikitpun pada diri saya. Namun badan ada sedikit hangat. Yang anehnya saya datang bulan seperti biasa namun berupa bercak saja. Karena ada keanehan saya memeriksa diri ke puskesmas dan memeriksa kehamilan.
Berdasarkan hasi tes kehamilan saya belum dinyatakan positif. Tapi saya tidak puas, saya memeriksa diri kembali ke bidan senior di tempat praktiknya. hasil sama belum ada dua garis merah. Saya diberikan obat untuk mempelancar datang bulan.
Saya olah raga seperti biasa, minum jamu, juga minum obat dari bidan. Ternyata obat habis saya tidak datang bulan. Karena tidak puas akhirnya saya ke dokter spesialis kandungan (dr. Damanik). dengan menggunakan USG beliau mengatakan' Selamat bu ya, sudah ada jantungnya". Berita yang saya peroleh bukan membuat saya senang. Tapi seperti kesambar petir. Bukan saya tidak mau menerima kehadiran bayi , akan tetapi saya telah meminum obat dari bidan dan jamu untuk memperlancar datang bulan
Doa saya tidak henti, setiap selesai solat memohon bayi saya sehat. Saya selalu memeriksa diri ke dokter. supaya mendapat obat penguat, vitamin dan perkembangan janin. Saya sangat meperhatikan makanan yang saya konsumsi.
Pada saat kandungan memasuki usia 7 bulan dokter. mengatakan 99% anaknya laki-laki. Bagi kami laki atau perempuan tidak masalah karena kami telah memiliki anak perempuan dan laki-laki. Yang menjadi perhatian bagi kami adalah kesehatan bayi.
Menurut perkiraan dokter saya melahirkan tanggal 3 Juli 2000. karena perkiraan melahirkan masih lama kami merehab rumah. Kami tinggal di perumnas. Tembok rumah menjadi satu dengan rumah tetangga. Jika ada tetangga yang merehab, maka tetangga juga ikut.
Kami tidak punya kamar, jadi kami tidur di ruang tamu. Saya bertiga sama anak-anak, karena suami saya ada pelatihan di Hotel. Namun tiba-tiba sekitar pukul 23.00 wita suami pulang. Suami tidak nyaman nginap di hotel. Pukul 03.00 saya merasa ada tanda melahirkan. Suami segera membawakan saya ke bidan. kebutulan dekat rumah. Di periksa. segera di rujuk ke rumah sakit bayangkara.
Sampai di rumah sakit saya tidak berbaring, tapi saya jalan pelan-pelan di halaman rumah sakit, sampai sakitnya berjarak antara 4-5 menit. Karena sakit nya jarak lumayan dekat saya segera menuju ruang bersalin, saya kasih tahu perawatnya. Bidan sudah menyiapkan segala perlengkapan. tidak berapa lama pukul 07.00 saya melahirkan yaitu hari Ahad, 11 Juni 2000. maju hampir 1 bulan dari perkiraan dokter. Pertama kali kami periksa adalah kelengkapan anggota badan. Alhamdulillah semua lengkap, sehat. Rasa sakit saat melahirkan hilang seketika. Perasaan was-was selama ini langsung hilang.
Seiring waktu anak tumbuh besar. Dudi tidak besar-besar. Padahal asupan gizi sama dengan saudaranya yang lain. Kekhawatiran kami lagi kambuh. Kurus, pendek dan kecil. Saya selalu menyesali diri mengapa dulu saya tidak berhati-hati, mengapa perlu minum jamu untuk melancarkan datang bulan. Ketakutan kami dudi menjadi anak yang tidak normal (kerdil).
Suatu saat anak saya cerita, katanya dia sedang nonton temannya olah raga, terus dia di dekati oleh guru olah raga. "Nak kamu kelas berapa?" dijawab sama dudi kelas 5. katanya. sambil di pegang kepalanya, banyak makan ya? waktu itu dudi belum paham maksud gurunya. Saya mendengar ceritanya cukup sedih.
Masuk SMP kelas VII masih seperti anak SD kelas 4. Doa tidak henti-henti untuk dudi. Saya sangat disiplin untuk anak saya yang pertama dan kedua dalam hal belajar. Tapi kalau untuk Dudi tidak pernah saya paksakan. Tapi nilai selalu bagus. Sampai untuk tes IQ saya tidak berani. Padahal anak yang lain saya tes IQ.
Naik kelas IX SMP mulai ada perubahan, tinggi badan bertambah, celana sudah pendek dan sesak. Berlanjut di SMK, celana cepat pendek. Alhamdulllah kekahwatiran saya sudah sirna. sekarang sudah menjadi remaja seperti yang lainnya. Sudah kuliah dan bekerja.Sehat selalu Anakku.
20 tahun lalu dudi lahir di rumah sakit Bhayangkara. Teringat bagaimana proses kehamilan saya. Waktu itu merasa kurang sehat, namun tidak ada perubahan sedikitpun pada diri saya. Namun badan ada sedikit hangat. Yang anehnya saya datang bulan seperti biasa namun berupa bercak saja. Karena ada keanehan saya memeriksa diri ke puskesmas dan memeriksa kehamilan.
Berdasarkan hasi tes kehamilan saya belum dinyatakan positif. Tapi saya tidak puas, saya memeriksa diri kembali ke bidan senior di tempat praktiknya. hasil sama belum ada dua garis merah. Saya diberikan obat untuk mempelancar datang bulan.
Saya olah raga seperti biasa, minum jamu, juga minum obat dari bidan. Ternyata obat habis saya tidak datang bulan. Karena tidak puas akhirnya saya ke dokter spesialis kandungan (dr. Damanik). dengan menggunakan USG beliau mengatakan' Selamat bu ya, sudah ada jantungnya". Berita yang saya peroleh bukan membuat saya senang. Tapi seperti kesambar petir. Bukan saya tidak mau menerima kehadiran bayi , akan tetapi saya telah meminum obat dari bidan dan jamu untuk memperlancar datang bulan
Doa saya tidak henti, setiap selesai solat memohon bayi saya sehat. Saya selalu memeriksa diri ke dokter. supaya mendapat obat penguat, vitamin dan perkembangan janin. Saya sangat meperhatikan makanan yang saya konsumsi.
Pada saat kandungan memasuki usia 7 bulan dokter. mengatakan 99% anaknya laki-laki. Bagi kami laki atau perempuan tidak masalah karena kami telah memiliki anak perempuan dan laki-laki. Yang menjadi perhatian bagi kami adalah kesehatan bayi.
Menurut perkiraan dokter saya melahirkan tanggal 3 Juli 2000. karena perkiraan melahirkan masih lama kami merehab rumah. Kami tinggal di perumnas. Tembok rumah menjadi satu dengan rumah tetangga. Jika ada tetangga yang merehab, maka tetangga juga ikut.
Kami tidak punya kamar, jadi kami tidur di ruang tamu. Saya bertiga sama anak-anak, karena suami saya ada pelatihan di Hotel. Namun tiba-tiba sekitar pukul 23.00 wita suami pulang. Suami tidak nyaman nginap di hotel. Pukul 03.00 saya merasa ada tanda melahirkan. Suami segera membawakan saya ke bidan. kebutulan dekat rumah. Di periksa. segera di rujuk ke rumah sakit bayangkara.
Sampai di rumah sakit saya tidak berbaring, tapi saya jalan pelan-pelan di halaman rumah sakit, sampai sakitnya berjarak antara 4-5 menit. Karena sakit nya jarak lumayan dekat saya segera menuju ruang bersalin, saya kasih tahu perawatnya. Bidan sudah menyiapkan segala perlengkapan. tidak berapa lama pukul 07.00 saya melahirkan yaitu hari Ahad, 11 Juni 2000. maju hampir 1 bulan dari perkiraan dokter. Pertama kali kami periksa adalah kelengkapan anggota badan. Alhamdulillah semua lengkap, sehat. Rasa sakit saat melahirkan hilang seketika. Perasaan was-was selama ini langsung hilang.
Seiring waktu anak tumbuh besar. Dudi tidak besar-besar. Padahal asupan gizi sama dengan saudaranya yang lain. Kekhawatiran kami lagi kambuh. Kurus, pendek dan kecil. Saya selalu menyesali diri mengapa dulu saya tidak berhati-hati, mengapa perlu minum jamu untuk melancarkan datang bulan. Ketakutan kami dudi menjadi anak yang tidak normal (kerdil).
Suatu saat anak saya cerita, katanya dia sedang nonton temannya olah raga, terus dia di dekati oleh guru olah raga. "Nak kamu kelas berapa?" dijawab sama dudi kelas 5. katanya. sambil di pegang kepalanya, banyak makan ya? waktu itu dudi belum paham maksud gurunya. Saya mendengar ceritanya cukup sedih.
Masuk SMP kelas VII masih seperti anak SD kelas 4. Doa tidak henti-henti untuk dudi. Saya sangat disiplin untuk anak saya yang pertama dan kedua dalam hal belajar. Tapi kalau untuk Dudi tidak pernah saya paksakan. Tapi nilai selalu bagus. Sampai untuk tes IQ saya tidak berani. Padahal anak yang lain saya tes IQ.
Naik kelas IX SMP mulai ada perubahan, tinggi badan bertambah, celana sudah pendek dan sesak. Berlanjut di SMK, celana cepat pendek. Alhamdulllah kekahwatiran saya sudah sirna. sekarang sudah menjadi remaja seperti yang lainnya. Sudah kuliah dan bekerja.Sehat selalu Anakku.
Kini Dudi hampir setinggi abangnya (dokumen foto lebaran 2019)
Dokumen foto lebaran 2020
"JANGAN PERNAH BERHENTI BERDOA, KERENA KITA TIDAK TAHU DOA MANA AKAN DIKABULKAN ALLAH"
"SELALU SALING MENYAYANGI BUKAN SALING MENYAINGI"
Tidak ada komentar: