MENGAIS ILMU DI TENGAH PANDEMI COVID 19
MENGAIS
ILMU DI TENGAH PANDEMI COVID 19
Oleh Fitran Sari
Saya menulis berawal dari kebingungan. Tengah malam
menjelang tanggal 3 Mei saya coba mengklik gabung ke grup" Belajar Menulis".
Selang beberapa detik ada lagi yang bergabung, kami hanya berdua di grup, kamipun tidak saling menyapa. Setelah saya gabung saya jadi bingung
apa yang harus saya lakukan tidak satupun anggota grup yang menyapa. Saya bolak-balik
membuka WA, berharap ada anggota grup ada yang komentar. Terbersit niat mau menanyakan ke Om Jay, namun masih
sungkan. Saya mencoba membuka WA grup ternyata ada pesan masuk dari bu budi smansa, beliu mengirimkan file. Waduh .. Saya mikir
ini file apa. File tidak bisa dibuka
memalui handphone harus buka laptop. Tepat pukul 01.08 ada jawaban Om Jay “ posting di blog”.
Kebingungan semakin bertambah… blog mana lagi nih… akhirnya saya memutuskan
untuk tidak membuka laptop karena sudah larut malam...besok saja.
Rasa penasaran masih mengelitik…bangun tidur bukan langsung masak nyiapin untuk makan sahur namun saya ambil HP. Benar tepat pukul 03.53 ada jawaban bu budi smansa “sudah pak”. Kepala saya mulai berdenyut… blog mana?. Karena tidak menemukana jawaban akhirnya saya memutuskan menyiapkan sahur…dan makan sahur. Saya kembali membuka HP, sementara menunggu waktu subuh. Pada pukul 04. 38 saya memberanikan diri untuk menanyakan ke Om Jay. Saya bersabar menunggu siapa tahu Om Jay dapat memberi pencerahan. Saya selalu menganut pepatah bahwa “ usaha tidak akan pernah menghianati hasil” dengan cara bersabar.
Pukul 05.02 WA T, Adriani masuk dan menanyakan ke Om Jay, persis bunyi seperti ini “Om Jay, punya saya tidak ada didaftar ini?. Saya membaca kalimat tersebut sedikit geli… terkadang kalau teman- teman grup biasa langsung membuly. Aduh ini grup sepi amat saya membatin. Saya membaca ulang, ternyata T. Andriani menyertakan link.. Alhamdullillah… tidak butuh lama laptop segera saya klik.. Saya menuliskan link yang saya ambil dari kiriman T. Andriani . Upps… ketemu ternyata sudah banyak tulisan anggota grup belajar menulis .
Walaupun jawaban dari Om Jay tak kunjung tiba, tapi saya mencoba membuka kiriman tulisan bapak/ibu yang hebat, maka saya mencoba menyimpulkan. bahwa ada tantangan dari Om Jay .
Baiklah sebelum saya
melanjutkan tantangan dari Om Jay saya akan memperkenal diri, nama saya Fitran
Sari mengampu Mata Pelajaran IPA di SMPN 3 Mataram. Tulisan kali ini saya beri judul “Mengais Ilmu di Tengah Pandemi
COVID 19”.
Pembejaran daring atau on
line memang sudah tidak asing lagi
dikalangan pendidikan, baik untuk guru maupun untuk siswa. Namun di SMP N 3
Mataram, pembelajaran daring jarang sekali kami laksanakan, paling dominan
pembelajaran tatap muka. Sekolah saya bukan termasuk sekolah yang favorit walaupun
sekolah favorit saat ini sudah dihapuskan. Namun di mata masayarakat sekolah favorit dan tidak favorit masih ada. Sekolah Menengah
Pertama Negeri 3 Mataram berada di Ibu
Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat
terletak di Ampenan tepatnya
berada di Jl. Niaga 1 No 39 Ampenan. Siswa
berasal dari daerah Ampenan dan sekitarnya. Ditilik dari latar belakang
keluarga, baik pekerjaan maupun pendidikan tergolong menegah ke bawah.
Sebagai guru, saat
pandemi COVID 19 merebak kekhawatiran muncul, memikirkan bagaimana cara saya akan menyampaikan materi kepada siswa, sementara materi
IPA sebagai bekal siswa untuk menghadapi
ujian belum maksimal diberikan. Namun takdir berkata lain, US dan UN ditiadakan. Sebagai penganti
kelulusan ditentukan oleh nilai raport. Pandemi COVID 19 di Kota Mataram mulai muncul, ada beberapa berstatus positif maka pemerintah
daerah mengambil keputusan untuk belajar di rumah. Selama siswa belajar di
rumah, maka mereka belajar secara on
line.
Bukan hal aneh apabila kekhawatiran muncul, karena sebagai guru, saya sangat mengenal bagaimana kondisi siswa. Belajar
secara on line apa mungkin? Bagaimanakah saya akan menyampaikan materi kepada
siswa. Pada umumnya siswa tidak memiliki HP
atau Laptop. Bagaimana saya akan
berkomunikasi dengan mereka. Untuk mengatasinya
sebelum libur, saya menugaskan siswa untuk mengisi soal-soal prediksi
dan try out di buku. Supaya siswa benar-benar memahami materi maka setiap
jawaban, siswa diharapkan menggunakan langkah-langkah dalam penyelesaian.
Kesepakatan saya dengan siswa, bahwa
tugas diberikan dan dikumpulkan setelah masuk sekolah. Siswa rutin
berkomunikasi lewat WA grup, Namun dalam
satu kelas tidak semua siswa masuk grup. Sebagai guru mata pelajaran, selalu menitip pesan kepada anggota grup agar
setiap infomasi disampaikan ke temannya lain khusus yang tidak memiliki HP.
Diakhir Maret terbit keputusan bahwa semua sekolah belajar secara on
line, materi yang disampaikan tidak
menyebabkan siswa stres. Saya tidak
langsung memberi tugas kepada siswa.
Saya belajar dulu… istilahnya sebelum bertarung maka persiapkan pedang dulu. Saya
perlu beberapa informasi tentang belajar secara on line. Adapun pembelajaran melalui online dapat menggunakan zoom, google classroom,WA dll. Akhirnya
saya memutuskan menggunakan google classroom dan WA, dengan beberapa
pertimbangan. Keuntungan siswa menggunakan google classroom antara lain: cara
mengirimkan jawaban lebih mudah, siswa bisa
langsung menjawab pertanyaan,dan mengirimkan jawaban kembali. Sedangkan
kemudahan bagi guru: jawaban siswa yang
diterima langsung bisa dinilai serta mengirimkan kembali hasil penilaian kepada
siswa. Selain itu dengan banyak jawaban siswa
tidak akan membuat HP eror.
Pada tanggal 29 Maret 2020 saya memulai pembelajaran online dan mengirimkan
petunjuk lewat WA. Alhamdulillah dengan
komunikasi yang intens akhirnya siswa mampu belajar dengan menggunakan google
classroom. Antusias mereka untuk belajar tidak pernah terpikirkan, bahkan diawal
pembelajaran on line saya tidak menargetkan siswa aktif belajar. Selain karena masih pesimis
respon dari siswa, pihak sekolahpun
tidak mengijinkan siswa dalam tekanan karena pemberian tugas. Adapun hasil Pembelajaran melalui
Google Classroom mecapai 97 orang dari 150 siswa . Sedangkan beberapa siswa yang tidak bisa mengakses google classroom maka tugas dikirimkan lewat WA. Sedangkan siswa
yang lain tidak aktif disebabkan
tidak memiliki HP dan tidak dapat
dihubungi oleh teman-temannya.
Ini tampilkan salah satu jawaban siswa. :
Gambar 1. Tugas COVID
19
Saya tidak bangga dengan
hasil jawaban siswa, namun yang membuat saya bangga adalah minat
siswa yang tinggi untuk dapat menyelesaiakan tugas. Rasa pesismis telah berubah
menjadi optimis. Siswa yang saya pikirkan kurang antusias, kini ditengah pandemi COVID 19 tidak menghalangi
mereka untuk tetap besemangat dalam
belajar dan mempelajari cara belajar yang baru yaitu belajar secara on line.
Hal ini diharapkan dapat menjadi bekal mereka saat lulus dan melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.
Gambar 2. Chat Siswa |
Untuk memberi tugas berikutnya, saya melihat kondisi.. Saya memilih materi cukup ringan, namun diharapkan dapat meningkatkan karakter siswa. Materi pencemaran saya pilih sebagai tugas yang kedua. diharapkan kepedulian siswa terhadap lingkungan dapat ditingkatkan, serta menyukseskan program pemerintah "Nol Sampah". Adapun menjadi tugas siswa adalah membuat ecobrick. yaitu memerangkapkan sampah didalam botol. Respon siswa
Gambar 3. Ecobrick
Covid
19 tidak saja telah mengubah pradigma pembelajaran saya selama ini. Pada
awalnya pembelajaran dilakukan secara tatap muka namun dengan adanya pandemi COVID 19 telah mengubah mindset saya awalnya bahwa siswa akan sulit untuk belajar tanpa tatap
muka ternyata tidak selalu tepat. Walaupun belajar secara daring atau on line dan masih memerlukan guru sebagai fasilitator namun telah membangun kemandirian siswa dalam belajar..
Di
balik keberhasilan pembelajaran melalui
model daring namun terdapat pula beberapa
kendala seperti: tidak semua siswa memiliki HP: kuota harus tersedia; siswa harus memiliki motivasi
belajar lebih tinggi; sedangkan kendala dari guru anatara lain: guru harus siap untuk melayani pertanyaan
dari siswa yang terkadang tidak mengenal waktu; kuota harus sering dipantau; HP
Eror, serta untuk memberi tugas perlu kehati-hatian
agar tidak multitafsir.
Semoga
dibalik kepedihan pandemi Covid 19 ada
titik cerah dalam pembaharuan pembelajaran dimasa yang akan datang . Belajar daring perlu dikombinasikan dengan pembelajaran konvensional. Namun kesiapan sekolah sebagai pelayanan perlu melengkapI sarana prasarana. Begitu pula dengan orang tua harus menyiapkan perangkat putra-putri mereka. sehingga akan tercipta ekosistem pendidikan. Selamat Hari
Pendidikan Nasional “Jayalah Guru Jayalah Negeriku”.
aamiin
BalasHapusmhon bimbimgannya
HapusAamiin..sll semangat ibu..
BalasHapusAlTerima kasih.
HapusKeren Tulisannya... semoga yg juara www.sarastiana.com
BalasHapus😊🙏
HapusMasyaallah, semangat terus Bund...!!! sbg guru pembelajar yang kreatif
BalasHapus